
“Mba Tyas nasibnya bagaimana ? Pengalaman bersekolah mba Tyas ga karu-karuan. Itu dosa Ayah yang tidak bisa Ayah maafkan.”
Saya ingat percakapan Ayah saya dan saya suatu hari saat duduk berdua…
Pada saat itu saya baru masuk dunia bekerja memasuki tahun kurang lebih tahun kelima.
Saya memang tidak seberuntung saudara atau teman-teman dalam hal bersekolah. Saya tidak mendapatkan pengalaman yang baik dalam hal bersekolah. Kejadian demi kejadian terjadi diluar kendali saya dan dengan waktu irregular dan tidak menentu.
Beda dengan orangtua jaman sekarang yang sudah mengerti untuk “mindful” atas kesadaran anak terhadap lingkungannya, rasa aman dan nyaman yang mendorong dan mengarahkan apa yang dia suka atau tidak suka, termasuk peduli atau kepekaan kita sebagai orang tua.
“Dulu ibu ga pernah nanya-nanya, kamu mau sekolah disini atau disitu? Ibu masukin aja.”
Dalam hati saya tersenyum.
Apakah itu menjadi baik atau tidak ya ?
Tapi memang pada saat itu, anak tidak memiliki suara. Suara kami bungkam, atau tidak dianggap penting karena mungkin pengertiannya, orangtua lebih tahu.
Jaman sekarang saya melihat banyak orangtua saat kunjungan ke sekolah-sekolah mengajak anaknya. Melihat bagaimana anaknya bereaksi, juga berinteraksi terhadap fasilitas sekolah, guru dan sekitarnya.
Pengalaman saya bersekolah menjadi kaca refleksi saya terhadap anak saya. Begitu tidak enaknya pengalaman saya sehingga saya berjanji saya ingin anak saya bersekolah dengan bahagia. Memiliki pengalaman sekolah yang menyenangkan, bersemangat dan membuka kepribadiannya kearah yang positif.
Sadari atau tidak, memang ada perbedaan yang cukup signifikan dari bagaimana orangtua kita menjadi orangtua dengan bagaimana generasi kita menjadi orangtua.
Dulu saat orangtua kita menjadi orangtua pendekatan yang seringkali menjadi patokan adalah parent-centered parenting dimana bilamana dirasa baik bagi orangtua kepercayaannya adalah bahwa akan menjadi baik bagi anak. Sekarang, pada saat jaman kita menjadi orangtua sangat terasa adanya perubahan dalam bagaimana pendekatan kita menjadi orangtua. Orangtua jaman sekarang memiliki pendekatan baru yakni child-centered parenting. Artinya, anak menjadi poros utama setiap keputusan karena apabila baik bagi si anak maka dipercaya akan baik bagi keluarga secara utuhnya atau secara lengkap.
Bedanya, banyaknya informasi, pengetahuan dan berbagi pengalaman yang terbuka dan mudah di akses menjadi perbedaan orangtua menilai dan melihat segala sesuatu. Orangtua kita tidak memiliki semua itu. Karenanya, sangat berakibat dan berdampak kepada apa yang kita rasakan sekarang.
Nah, sekarang dalam hal sekolah, bagaimana memilih sekolah yang terbaik bagi kebutuhan anak kita, bagaimana mencari sekolah yang cocok bagi anak kita ?
Saat ini saya memahami setiap manusia sangat berbeda satu sama lain. Menjadikan keunikan diri kepribadian termasuk kondisi kesehatan jasmani dan mental yang bertumbuh karena latar belakang dan tumbuh kembangnya.
Jadi kita harus mengerti, tiap anak berbeda. Memiliki kebutuhan yang beda dan kesukaan yang berbeda. Belum tentu cocok dan bagus bagi anak saya akan sama dengan anak lain.
Tapi saya merasa berbeda saat mempelajari dan mengerti lebih dalam mengenai education / learning outcome. Terus terang saya sedikit merasa lega karena pengetahuan itu.
Ada 2 buku yang saya baca dan ingin saya rekomendasikan kepada teman belajar bersama.
Buku pertama adalah Panduan Memilih Sekolah, untuk anak Milenial Zaman Now. Penulis buku ini adalah Bukik Setiawan, Andrie Firdaus dan Imelda Hutapea.

Suatu panduan praktis dalam memahami bagaimana memilih sekolah untuk anak ada beberapa langkah dan aspek dan pandangan yang perlu dipahami.
Mulai dari memahami bahwa anak jaman now beda dengan anak jaman dulu. Artinya, kebutuhan anak jaman sekarang tidak bisa disamakan dengan kebutuhan anak jaman dulu. Beda sekali.
Pengertian itu membawa pemahaman dan peneriman kita sebagai orangtua akan cara belajar anak jaman sekarang yang jadi kebiasaan dan pilihan.
Atas dasar itu apa yang menjadi penting saat memilih sekolah bagi anak jaman sekarang lebih jelas dimengerti.
Langkah memilih, panduan observasi dan wawancara lengkap diberikan untuk di isi bagaiman journal bagi orangtua saat berkunjung dan mempertimbangkan pilihan sekolah.
Untuk mengerti lebih dalam mengenai buku ini silahkan melalui memilihsekolah.com
Pembelian buku juga dapat melalui link tersebut.

Buku kedua adalah UNSCHOOLING. Penulis, Inge Tumiwa-Bachrens.

Saya sangat menikmati cara mba Inge bercerita berdasarkan pengalamannya yang unik. Saya melihatnya, buku ini sangat dekat dengan obrolan dan hati kecil banyak orangtua namun tidak mendapatkan acuan yang baik untuk membenarkan atau bahkan berdiskusi.
Buku Unschooling adalah pengalaman orangtua yang memilih untuk tidak meneruskan anaknya bersekolah di sekolah yang konvensional. Dari mulai permasalahan, pengalaman, metode belajar hingga keterlibatan orangtua pada kebutuhan dan pilihan anak diceritakan dengan sempurna oleh mba Inge.
Saya rekomendasikan buku ini untuk memberikan gambaran sehat sebuah pilihan, keberanian dan keterbukaan orangtua untuk mengikuti jalur yang anak inginkan sesuai dengan pandangan dan cita-cita anak.
Adalah sebuah kemewahan bila kita dapat belajar dari pengalaman orang lain. Membuahkan banyak perspective dan kaya ilmu.
Silahkan dapat membeli di toko-toko online atau seperti saya membeli melalui Tokopedia.
Selamat memilih sekolah teman belajar bersama.
Kembali ke Bersekolah
Kembali ke Teman Belajar Bersama halaman utama.
Tyas is now Partner Consultant and Trainer on Digital and Social Media at Bangwin Consulting, Freelancer, Writer/Blogger, Podcaster. For project enquiries, tyas@bangwinconsulting.com

2 thoughts on “Memilih Sekolah”