
Pengalaman saya dalam perjalanan pendidikan tidak mudah dan jauh dari ideal.
Saya tidak memiliki panutan, orangtua atau pembimbing yang dapat membantu mengarahkan atau bahkan bertanya lebih dalam khususnya dalam hal rencana pendidikan.
Bagaimana saya dapat memilih sekolah, mengarahkan bakat dan minat saya, mengerti apa yang menjadi kelebihan saya dan memupuk kemampuan saya untuk perbaikan maupun masa depan saya. Memiliki kekuatan untuk memilih pun seringkali tidak.
Karena pengalaman saya dan apa yang terjadi pada saya begitu melekat maka saya tidak ingin anak saya mengalami hal yang sama. Saya ingin anak saya mendapatkan teman belajar bersama yang dapat membantu, menemani, mengarahkan, bertukar pikiran dan menjaga kesempatan belajar yang terbaik sesuai dengan minat dan bakatnya dan menyesuaikan dengan kemampuan kami sebagai orangtua.
Dapat merencanakan suatu education outcome yang terbaik bagi anak saya. Mengawali perjalanan saya untuk belajar bagaimana caranya saya dapat membantu.
To be someone who I needed when I was young.
To have someone on my side.
An encourager.
Tentunya sebagai orangtua kita tidak mau salah langkah dan discourage anak dalam bercita-cita. Berapapun banyak cita-cita yang saat itu dia inginkan maupun bentuk cita-cita yang dia inginkan kelak dalam bayangannya.
Karena dengan perjalanan kita mempelajari konsep education outcome pada kenyataannya tidak ada impian yang ideal dalam pendidikan. Format dan proses education outcome seharusnya fleksibel, dibuat khusus dan berkomitmen pada siswa atau anak yang menjadi pusat perencanaan, sesuai dengan pilihannya.
Perlu dimengerti bahwa Education Outcome merupakan suatu proses dalam memilih program dan kegiatan pendidikan yang tepat yang membantu jalur menuju hasil pendidikannya. Inti dari Education Outcome bukan pada perjalanannya.
Ketika akses dan kualitas pendidikan mulai ada perbaikan atau bahkan dapat ditingkatkan, jalur atau pemahaman yang tepat atas pilihan program menjadi keputusan penting berikutnya. Baik jalur pendidikan melalui pendidikan tinggi (higher education) atau melalui pendidikan kejuruan (vocational learning) atau bahkan belajar mandiri. Tapi bagaimana caranya dan siapa yang bisa membantu ? Inilah esensi dari #temanbelajarbersama.
Setelah 20 tahun karir saya di bidang komunikasi, saya menemukan keinginan untuk merubah poros perhatian dan kontribusi saya dalam bidang sosial dan pendidikan.
Saya memulai dengan mempelajari education outcome, saya memulai dengan inisiatif #temanbelajarbersama, dan pelan-pelan saya membuka diri saya untuk belajar lebih dalam.
Memang apabila niat sudah terbentuk, usaha di sinergikan, saya percaya alam semesta akan menyambut.
Suatu hari saya mendapatkan ajakan untuk ikut dalam program workshop bagi orangtua untuk anak dan remaja. Sebuah program coaching skills dengan tema orangtua sebagai coach didalam keluarga.

Pengalaman ini memberikan kesempatan untuk dapat belajar menempatkan diri kita sebagai orang tua. Sebagai bagian dari perjalanan pembelajaran atau pendidikan anak kita, workshop ini mengajarkan bagaimana pentingnya untuk dapat melihat atau memiliki cara pandang yang diperlukan sebagai orangtua dalam setiap tahapannya.
Dalam workshop kali ini ternyata tidak hanya berbagi ilmu dan pembelajaran tapi juga diberikan kesempatan untuk latihan dan praktek. Yang sebenarnya menjadi bagian yang sangat penting karena melalui workshop ini kita tidak berhenti pada saat dimana kita hanya dapat membayangkan bagaimana menjalankannya tapi juga diberi kesempatan membahas kesulitannya dan bagaimana jalan keluarnya.
Kebetulan sekali saya butuh ilmu skaligus refleksi sebagai orangtua.
Lebih-lebih saat masuk masa pandemi hingga berjalan 2 tahun, kami sebagai orangtua diberikan kesempatan merasakan dan melihat secara langsung pengalaman belajar anak-anak kita didepan mata. Kami diberikan kesempatan untuk ikut terjun dalam proses belajar juga pemahaman proses belajar anak kita. Sama seperti orangtua lainnya muncul berbagai pertanyaan dan pembukaan mata akibat dari pengalaman Home Based Learning atau Sekolah dari Rumah.
As Yeats quote, “Education is not filling a bucket. But the lighting of a fire”.
I hope I can be someone who makes that fire brighter.

Tyas is now Partner Consultant and Trainer on Digital and Social Media at Bangwin Consulting, Freelancer, Writer/Blogger, Podcaster. For project enquiries, tyas@bangwinconsulting.com
Kembali ke Teman Belajar Bersama halaman utama.

One thought on “Coaching in the family”