#TyasSocialProject #2
How I was approach to be the next candidate of Pita Kuning Chairman.
Mari kita mulai perjalanan saya di Pita Kuning.
Pindah dari sebuah korporasi yang menjalankan misi sosial pendidikan bersama Putera Sampoerna Foundation lalu beralih ke sebuah yayasan filantropi non profit bernama Pita Kuning.
Kenapa mba Tyas mau menjadi Ketua Pita Kuning ? Pertanyaan ini sering sekali di tanyakan atau dilontarkan teman dan kenalan saya setiap kali bertemu. Dan dalam kesempatan itu, saya selalu menjawab dengan penyataan yang sama. Saya MAU dan saya BISA. Penjelasannya adalah, bahwa saya dirasa oleh para pembina memiliki kapasitas untuk menjadi ketua dan pengalaman untuk membangun suatu perubahan. Saya mengambil keputusan untuk menjadi ketua karena saya mau berada disini. Meskipun, mungkin banyak yang lebih dari saya dari hal keahlian dan pengalaman tapi pada kenyataannya, prioritas mereka tidak ada disini. Mungkin ada banyak yang ingin menjabat menjadi ketua tapi tidak memiliki latar belakang keahlian yang cukup.
Lalu, kok mba tyas bisa menjadi Ketua Pita Kuning ?
Ceritanya begini, semua dimulai dari sebuah proses pendekatan.
Saya dihubungi mas Pandji, Pembina Pita Kuning dan salah satu anggota c3 Community for Children with Cancer yang merupakan pendiri dari Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia sekitar bulan april 2015. Langsung aja ditanya, mba tyas mau ga jadi salah satu kandidat ketua yayasan pita kuning ? Saya tertegun sesaat dan berkata wow, sayapun langsung bertanya, what do I have to do mas ? Saat itu saya sedang ditengah mengalami perubahan besar dalam organisasi dimana saya bekerja. Hingga cukup sibuk menyita kesibukan juga memecah konsentrasi pikiran saya.
Mas Pandji, menjelaskan, “hanya untuk membuat suatu gambaran singkat mengenai apa yang mba Tyas lihat di yayasan kami and you can also make a plan of what you see or what you will do for pitakuning. Don’t get me wrong ya mba, we are searching for the right candidate. We’ve been search for the last two years and we can no longer wait anymore now. Since you are with PSF, I figure you have some experience in social activities and then, …. “ he paused, “I know you, I know how you work, so now I’m calling to ask you if you would consider the opportunity.”
Terus terang, I am not new to this organization memang. I’ve watched them grow from a community based, as I remember back in the days when c3 (community with children) was doing fundraising activities at Mall Kelapa Gading with RAN and other artists waktu itu ACER Indonesia yang menjadi sponsor. I’ve also join in on some occasions at the hospital, Rumah Sakit Kanker Dharmais dan melalui jualan lukisan hasil buatan anak kanker di local restaurant di kawasan kemang. But it was a very long time ago.
I also knew most of the people. And they know me. Bahkan saat disalah satu tempat saya bekerja dulu saya sempet mengambil c3 sebagai salah satu mitra sehingga sempet beberapa kali melakukan koordinasi secara regular. Seperti saat saya masih bekerja di multiply.com dimana saya bertanggung jawab atas strategic partnerships dengan pihak-pihak yang masih tergolong baru terhadap dunia e-commerce. Saya saat itu mencoba membuka toko untuk c3 berjualan aktifitas donasi pada platform multiply.com.
Bagi saya, I always thought, I will someday take my part and have my turn to contribute towards this foundation but I didn’t know how at that time.
Personally, I myself has always loved being an advocate for those who are voiceless. I am very passionate in voicing out what I think was wrong. You can count on me to rally up a protest or some sort. And somehow I have a huge heart for those who need help. I love to listen to people. And at home, I am the caretaker of the family. Mungkin karena saya perempuan sendirian di keluarga saya, saat ayah saya sakit saya menjadi yang make sure everything jalan dengan baik di rumah sakit, menemani, mendampingi, segala keperluan, ditemani, koordinator, ditemani. Dan somehow ayah ibu saya juga lebih nyaman apabila di urus oleh saya dan ditemani oleh saya.
Pada dasarnya, tujuan utama yang di inginkan oleh para pemimpin organisasi adalah suatu perubahan. Menurut mereka, Pita Kuning tiba dalam keadaan dimana berjalan di tempat.
Did not move. Don’t know where to go. Plus, ingin memiliki kesempatan untuk dapat membantu lebih banyak anak Indonesia dengan kanker. Merekapun ingin memiliki kesempatan untuk dapat berkembang sesuai jaman.
Kalo ditanya siapa pemilik yayasan ini ? Pemimpin Pita Kuning adalah Pembina Yayasan. Mereka adalah Pandji Pragiwaksono dan Steny Agustaf. Pita Kuning didirkan oleh kelompok relawan muda yang peduli sesama. Mas Lanang Aribowo adalah Ketua c3 ( Community for Children with Cancer) yang diangkat menjadi Ketua Yayasan saat mereka didirikan pada bulan April 2007. Mereka inilah yang selalu ingin memastikan agar Pita Kuning dapat konsisten berperan serta dalam membantu anak-anak Indonesia dengan kanker dari keluarga prasejahtera.
Tapi bagi mereka yang penting dibutuhkan adalah agar organisasi ini tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan dunia sosial di Indonesia maupun di luar.
Selain dari itu mereka menginginkan adanya pertumbuhan didalam organisasi. Pertumbuhan terhadap orang-orang yang berkecimpung di dalam organisasi juga perkembangan ilmu dan kapabilitas orang-orang didalam komunitas PitaKuning yang merupakan keluarga besar pita kuning. Tumbuh berkembang bersama.
Dalam hal ini para pemimpin Pita Kuning terus berusaha untuk mencari orang yang tepat yang dapat melakukannya. Someone to do the job. So for a while, they have been searching for someone who could do the job. Or dalam pengertian kondisi saat ini, start doing it.
Mereka, para pemimpin Pita Kuning memiliki keyakinan penuh bahwa Yayasan ini memiliki potensi yang besar untuk dapat membantu lebih banyak lagi. Kenapa, atas dasar kegiatan dan reputasi pengalaman kerja selama ini. Selain dari itu tanggung jawab atas pihak-pihak yang telah memberikan kepercayaan dan dukungannya kepada Pita Kuning selama ini tidak pernah mereka lupakan.
Berjalan dengan waktu para founders yang juga adalah professional dalam bidangnya masing-masing juga memiliki prioritas dan banyak tanggung jawab yang berkembang cepat. Mereka membutuhkan bantuan seseorang yang dapat mengelola semua kebutuhan ini.
Mencari orang yang tepat memang tidak mudah.
Memiliki pengalaman, latar belakang, kecocokan dengan visi dan sejarah dari organisasi yang telah berdiri hampir 10 tahun saat itu, dan dapat bekerja sama dengan mereka. Bekerja di dunia sosial bukan untuk semua orang memang. Butuh compassion yang sangat besar dan kesukaan yang sangat besar dalam hal membantu orang lain. Memiliki hati untuk pekerjaan seperti ini.
Dalam beberapa minggu setelah telefon tersebut saya kirimkan beberapa halaman presentasi dengan beberapa general ideas perencanaan yang saya pikirkan dapat saya lakukan.
Saya tidak ingat saya mendapatkan kabar kembali setelah beberapa bulan kemudian mereka menghubungi kembali saya informasikan, I think you’re it mba, we couldn’t find anyone else that gave the vision for this foundation quite well as you did. September 2015.
Bagian ini sangat penting karena mungkin pada kebanyakan telah mengetahui saya adalah kakak kandung dari Pandji Pragiwaksono. Dalam hal ini saya kembali bekerja untuknya.
Yayasan ini bukan milik saya. Tapi saya bekerja di hire oleh Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia. Inipun pernah menjadi salah satu pertanyaan saya diawal saat saya di hubungi pertama kali.
Bagi yang mengenal saya sejak lama, mungkin tahu bahwa saya pernah bekerja untuk Pandji dulu saat membangun Pandji Pragiwaksono dari seseorang di dunia entertainer yang awalnya hanya bekerja menjadi berkarya. Saya adalah salah satu orang dibelakangnya yang ikut membantu membangun personal brand Pandji Pragiwaksono. Saat itupun, banyak yang tidak menyangka saya ada hubungan darah dengannya. Not until ada yang tahu lalu bertanya, dan saya pun menjawab. Mungkin karena kami tidak begitu mirip bila tidak di lihat dengan seksama dan sayapun tidak pernah merasa perlu untuk diinformasikan. Pengalaman saya bekerja dalam management Pandji Pragiwaksino ini mungkin akan saya ceritakan juga suatu hari nanti. Satu-satu ya ^_^
Bersambung, why me ?
2 thoughts on “The Approach”